Senin, 23 Mei 2011

MANAJAMEN PENGELOLAAN SAPI PERAH


MANAJEMEN PENGELOLAAN SAPI PERAH

I. PENDAHULUAN
Pada awal bulan mei 2009 ini, harga susu sapi ditingkat koperasi mengalami penurunan harga. Namun demikian, optimisme beternak sapi perah sekiranya tetap kita galakkan demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang cerdas karena peningkatan konsumsi susu. Sapi merupakan salah satu hewan ternak yang penting sebagai sumber protein hewani, selain kambing, domba dan ayam. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit (Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2005). Sapi berasal dari famili Bovidae, seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.
Pemeliharaan sapi secara intensif mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni. Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia (Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2005).
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus. Di Indonesia, manajemen pemeliharaan biasanya terbagi atas pemeliharaan sapi perah dan sapi potong.
Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.

Pengembangan usaha peternakan sapi perah di Indonesia (on farm) beserta industri pengolahannya (off farm) mengalami kemajuan pesat pada tahun 1980 sampai dengan 1990 namun pada tahun 1990 sampai dengan 1999 produksi susu segar relatif tetap. Jumlah susu segar yang diproduksi pertahunnya mencapai kurang lebih 330.000 ton. Produksi tersebut terbagi atas 49% berasal dari Jawa Timur, 36% dari Jawa Barat dan sisanya 15% dari Jawa Tengah. (1999). Dari segi perkembangan populasi sapi perah pada tahun 1970 sekitar 3000 ekor menjadi 193.000 ekor pada tahun 1985, dan menjadi 369.000 ekor pada tahun 1991. Kenaikan ini terjadi karena adanya impor sapi perah asal Australia dan New Zealand ( Achjadi, 2001). Pada tahun 1999 industri persusuan nasional hanya memproduksi ± 20% terhadap total kebutuhan industri pengolahan, sehingga sisanya masih sangat bergantung kepada bahan baku impor.
Kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlangsung lama tanpa adanya upaya perbaikan pengelolaan sapi perah. Untuk memperbaiki keadaan ini dibutuhkan usaha yang keras dari segala komponen yang terkait, mulai dari peternak sampai dengan pemerintah.
Sistem peternakan sapi perah yang ada di Indonesia masih merupakan jenis peternakan rakyat yang hanya berskala kecil dan masih merujuk pada sistem pemeliharaan yang konvensional. Banyak permasalahan yang timbul seperti permasalahan pakan, reproduksi dan kasus klinik. Agar permasalahan tersebut dapat ditangani dengan baik, diperlukan adanya perubahan pendekatan dari pengobatan menjadi bentuk pencegahan dan dari pelayanan individu menjadi bentuk pelayanan kelompok. Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari keterpaduan langkah terutama di bidang pembibitan (Breeding), pakan, (feeding), dan tata laksana (management). Ketiga bidang tersebut kelihatannya belum dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan ketrampilan peternak serta masih melekatnya budaya pola berfikir jangka pendek tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman peternak tentang manajemen sapi perah yang baik sehingga akan berdampak pada peningkatan produksi dan ekonomi.
II. MANAJEMEN PEMELIHARAAN
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pola pemeliharaan sapi potong harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Penyiapan sarana dan peralatan tertutama perkandangan
2. Pembibitan dan pemeliharaan bakalan/bibit
3. Kesehatan dan sanitasi
4. Manajemen pemberian makan
5. administrasi serta perhitungan ekonomi
II.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjaga agar ternak nyaman sehingga dapat mencapai produksi yang optimal, yaitu :
- Persyaratan secara umum :
a. Ada sumber air atau sumur
b. Ada gudang makanan atau rumput atau hijauan
c. Jauh dari daerah hunian masyarakat
d. Terdapat lahan untuk bangunan dengan luas yang memadai dan berventilasi
- Persyaratan secara khusus :
a. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m atau 2,5 x 2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5 x 1 m per ekor, dengan tinggi atas ± 2-2,5 m dari tanah.
b. Ukuran bak pakan : panjang x lebar = bersih 60 x 50 cm
c. Ukuran bak minum : panjang x lebar = bersih 40 x 50 cm
d. Tinggi bak pakan dan minum bagian dalam 40 cm (tidak melebihi tinggi persendian siku sapi) dan bagian luar 80 cm
e. Tinggi penghalang kepala sapi 100 cm dari lantai kandang
f. Lantai jangan terlalu licin dan terlalu kasar serta dibuat miring (bedakan ± 3 cm). Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
g. Selokan bagian dalam kandang untuk pembuangan kotoran, air kencing dan air bekas mandi sapi : Lebar (L) x Dalam selokan (D) = 35 x 15 cm
h. Selokan bagian luar kandang untuk pembuangan bekas air cucian bak pakan dan minum : L x D = 10 x 15 cm
i. Tinggi tiang kandang sekurang-kurangnya 200 cm dari lantai kandang
j. Atap kandang dibuat dari genteng
k. Letak kandang diusahakan lebih rendah dari sumber air dan lebih tinggi dari lokasi tanaman rumput. (Hasanudin, 1988). Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan
kelembaban 75%.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.
II.2 Pembibitan dan pemeliharaan bakalan/bibit
Sapi perah yang cocok dipelihara di Indonesia adalah sapi Shorthorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda) dan Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis). Agar dapat memperoleh bibit sapi perah yang baik diperlukan adanya seleksi baik berdasarkan silsilah, bentuk luar atau antomis maupun berdasarkan jumlah produksi. Ciri-ciri sapi perah betina yang baik:
1. Kepala panjang , sempit, halus, sedikit kurus dan tidak banyak berotot
2. Leher panjang dan lebarnya sedang, besarnya gelambir sedadang dan lipatan-lipatan kulit leher halus
3. Pinggang pendek dan lebar
4. Gumba, punggung dan pinggang merupakan garis lurus yang panjang
5. Kaki kuat, tidak pincang dan jarak antara paha lebar
6. Badan berbentuk segitiga, tidak terlalu gemuk dan tulang-tulang agak menonjol (BCS umumnya 2)
7. Dada lebar dan tulang -tulang rusuk panjang serta luas
8. Ambing besar, luas, memanjang kedepan kearah perut dan melebar sampai diantara paha. Kondisi ambing lunak, elastis dan diantara keempat kuartir terdapat jeda yang cukup lebar. Dan saat sehabis diperah ambing akan terlimpat dan kempis, sedangkam sebelum diperah gembung dan besar.
9. Produksi susu tinggi,
10. Umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
11. Berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
12. Tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
13. Tiap tahun beranak.
II. 3 Kesehatan
Gangguan dan penyakit dapat mengenai ternak sehingga untuk membatasi kerugian ekonomi diperlukan control untuk menjaga kesehatan sapi menjadi sangat penting. Manjememen kesehatan yang baik sangat mempengaruhi kesehatan sapi perah. Gangguan kesehatan pada sapi perah terutama berupa gangguan klinis dan reproduksi. Gangguan reproduksi dapat berupa hipofungsi, retensi plasenta,kawin berulang, endometritis dan mastitis baik kilnis dan subklinis. Sedangkan gangguan klinis yang sering terjadi adalah gangguan metabolisme (ketosis, bloot, milk fever dan hipocalcemia), panaritium, enteritis, displasia abomasum dan pneumonia. Adanya gangguan penyakit pada sapi perah yang disertai dengan penurunan produksi dapat menyebabkan sapi dikeluarkan dari kandang atau culling. Culling pada suatu peternakan tidak boleh lebih dari 25, 3%.
Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk pemeliharaan sapi dengan melihat body condition scoring, nilai BCS yang ideal adalah 3,5 (skala 1-5). Jika BCS lebih dari 4 dapat menyebabkan gangguan setelah melahirkan seperti mastitis, retensi plasenta, distokia, ketosis dan panaritium. Sedangkan kondisi tubuh yang kurus menyebabkan produksi susumenurun dengan kadar lemak yang rendah. Selain itu faktor-faktor yang perlu diperhatikan didalam kesehatan sapi perah adalah lingkungan yang baik, pemerahan yang rutin dan peralatan pemerahan yang baik
II. 4 Manajemen pemberian makan
Pakan sapi terdiri dari hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali perhari pada pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan sebelum pemerahan sedangkan rumput diberikan setelah pemerahan. . Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari.
Pemberian pakan pada sapi perah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system penggembalaan, system perkandangan atau intensif dan system kombinasi keduanya. Pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi seperti anak sapi sampai sapi dara, periode bunting, periode kering kandang dan laktasi. Pada anak sapi pemberian konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari.Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara intensif dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
II. 5 Administrasi serta perhitungan ekonomi
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih konvensional dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Sistem recording meliputi tanggal kelahiran, pencatatan asal usul sapi (pedigree), pencatatan reproduksi sapi seperti sapi kapan terakhir dikawinkan, terakhir melahirkan dan sapi yang terlambat kawin Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam upaya pelaksanaan program manajemen kesehatan sapi perah dari segi kesehatan kelompok memerlukan perhatian, seperti kualitas sumber daya manusia yang baik dan peningkatan program pelayanan kepada peternak.
sumber: dari berbagai sumber dan atas kebaikan drh.M. Wahiduddin

TATALAKSANA PEMELIHARAAN KERBAU


Tatalaksana pemeliharaan ternak kuda

A.    Cara Merawat Kuda Bunting, Menyiapkan Kelahiran dan Perawatan Anak Kuda
Kuda merupakan hewan yang memiliki nilai tersendiri bagi pemiliknya. Selain merupakan hewan kesayangan, kuda juga dinilai sebagai hewan ‘prestisius’ yang berkaitan dengan gengsi dan martabat seseorang. Oleh karena itu, kehadiran dan kelahiran kuda baru sangat didambakan oleh setiap peternak kuda.

1.Perawatan Kuda Bunting
Bagi banyak penggemar kuda, tidak banyak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman bagaimana merawat kuda bunting, menangani kelahiran kuda maupun merawat bayi kuda. Sehingga saat dihadapkan pada persoalan sekitar perawatan kuda bunting, kelahiran, dan anak kuda, maka banyak hal yang tidak dimengerti sehingga mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan misalnya: keguguran, anak kuda sakit bahkan mati, dll.

2.Pendeteksian Kuda Bunting
Bagi pemula kadang tidak tahu sama sekali kalau kuda dalam kondisi sedang bunting muda. Bahkan karena ketidak tahuannya tersebut sering kita lihat kuda bunting dilarikan dalam pacuan. Untuk itu cara-cara sederhana untuk mendeteksi kuda bunting harus dipahami oleh setiap pemilik kuda maupun pelatih dan perawat kuda. Cara sederhana yaitu dengan mendeteksi apakah kuda betina itu mengalami “beger” pada siklus waktu yang sudah diprediksi sebelumnya Pengamatan kuda betina bunting juga dilakukan lewat pengamatan fisik si kuda betina tersebut. Seekor kuda betina yang bunting muda (sebelum 5 bulan) akan sulit dibedakan apakah kuda itu memang sedang bunting atau “gemuk”. Kuda betina bunting muda sebenarnya bisa dilihat dari perubahan bentuk tubuh dibagian perut, juga warna bulunya yang cenderung lebih “mengkilat”. Juga nafsu makan yang lebih besar dibandingkan dengan saat sebelum bunting.
Dia juga sangat tidak senang didekati oleh kuda jantan. Biasanya akan “menjerit” dan “menggigit” kuda jantan yang mendekati. Perbedaan kuda bunting dan gemuk terdapat pada sisi bawah perut. Kuda bunting bagian bawah perutnya akan membesar. Sedangkan kuda gemuk cenderung pembesaran perut kearah samping. Juga kadang terjadi pembesaran pada punting susu bila kuda sedang bunting, sedangkan pada kuda gemuk tidak terjadi. Kalau anda ragu lebih baik minta bantuan seorang dokter hewan untuk memastikannya. Bila kuda anda memang betul-betul bunting, maka perawatan kuda bunting yang baik akan mengurangi resiko kelahiran si anak nanti. Perawatan itu meliputi: ransum makanan, vitamin, latihan dan kebersihan kandang.

3.Ransum Makanan
Secara otomatis kuda bunting maka akan makan dengan jumlah yang lebih dibandingkan sebelumnya. Oleh karena itu kita berikan makanan ekstra. Ternyata dengan memberikan jumlah makanan ektra justru akan menaikkan resiko kuda mengalami kegemukan dan keguguran. Pemberian makanan lebih baik “pas” tidak “lebih” tidak “kurang”. Memperbesar anak kuda lebih baik setelah anak kuda lahir bukan saat berada di dalam kandungan. Kandungan yang berukuran besar juga beresiko bagi induk, apalagi induk muda yang belum pernah melahirkan anak.
Pemberian kalsium secara rutine dengan takaran yang benar juga sangat penting untuk membantu pertumbuhan anak dan memberikan ketahan tubuh yang lebih baik buat induk. Makanan pokok kuda seperti rumput yang alami ditambah biji-bijian seperti jagung dan kacang hijau akan lebih baik. Pemberian vitamin sesuai dengan rekomendasi dokter hewan anda akan juga bisa dilakukan.

4.Perawatan
Kuda bunting perlu gerak dan jalan yang cukup untuk memelihara otot dan stamina tubuhnya. Oleh karena itu perlu dibebaskan bergerak di “lahan pelepasan” yang cukup. Bila pad dock pelepasan tidak ada, maka kuda dibawa berjalan-jalan atau “stap” dengan jarak yang cukup setiap pagi dan sore. Perawatan kebersihan kuda juga perlu dilakukan, terutama sekitar puting susu. Bagi kuda yang belum berpengalaman melahirkan ada kalanya perlu dilakukan pelatihan menyusui dengan menyentuh-nyentuhkan jari kita ke puting susu si kuda agar kelak saat anak kuda sudah lahir kuda tidak merasakan aneh bila puting susunya tersentuh.

5.Menghitung Hari Kelahiran
Memprediksi hari kelahiran adalah pekerjaan yang sulit namun sebagai peternak kuda kita harus mampu melakukannya untuk memprediksi kapan si anak kuda akan lahir. Sehingga kita bisa mempersiapkan waktu untuk berlibur khusus menunggu kelahiran si anak kuda. Manusia melahirkan anak bukan lagi menjadi persoalan dewasa ini, banyak rumah sakit dan dokter maupun perawat yang mampu menangani persalinan. Masa kebuntingan kuda biasanya 11 bulan sejak perkawinannya. Untuk memprediksi waktu kelahiran anaknya kita bisa mempergunakan hitungan 11 bulan -5 hari sampai dengan +5 hari. Jadi anda harus menunggunya selama 10 hari berturutan tanpa absen. Kuda biasanya melahirkan anak pada malam hari setelah matahari terbenam. Sangat jarang kuda lahir siang hari alasanya mengapa belum bisa diterangkan. Biasanya membutuhkan situasi tenang dan sunyi tidak banyak gangguan. Oleh karena itu kita harus menunggunya namun tidak mengganggu konsentrasinya.
Pada bulan ke 10 masa kebuntingannya, anak kuda makin besar dan berat menyebabkan ambing (perut atas bagian belakang) induknya turun atau “terlepas”. Juga bagian pantat kuda dekat ekor akan terlihat menurun. Kalau anda amati terus, ada gerakan sianak kuda yang mendorong dan hilang dibagian belakang dekat ekor induknya. Itu pertanda baik karena anak kuda anda dalam kondisi hidup. Juga amati gerakan-gerakan kaki anak di bagian perut induknya.
Amati pembesaran kantong susu induknya. Pada usia kebuntingan 11 bulan, susu induk harus sudah keluar meskipun belum banyak. Apabila anda tekan dengan tangan, maka air susu akan keluar. Bila air susu sudah keluar dengan sendirinya secara deras, maka waktu kelahiran anak kuda tinggal beberapa jam lagi. Mungkin sore hari atau tengah malam si anak kuda akan keluar.

6.Mempersiapkan Kelahiran Anak
Hal hal yang perlu dipersiapkan untuk menyambut kelahiran anak kuda adalah sbb:
1.      Persiapkan indukan dengan baik, lepaskan sepatu kuda indukan agar kelak saat melahirkan anak, sepatu kuda tidak mengenai bayinya.
2.      Induk selalu dimandikan tiap pagi dan bersihkan punting susu tipa pagi dan sore.
3.      Stap kuda induk pagi dan sore +/- 1 km dengan hati-hati untuk menjaga stamina induk.
4.      Persiapkan kandang kuda, ganti alas kandang dari serbuk kayu dengan rumput kering. Biasanya orang mempergunakan jerami kering yang tebal.
5.      Perhatikan kandang kuda anda dengan seksama, untuk anak kuda sebaiknya pintu kandang dibuat yang rapat tidak ada celah yang memungkinkan kaki anak kuda terjepit. Jadi pintu dibuat tertutup rapat sekali atau justru longgar sekali. Anak kuda yang baru lahir cenderung tidur seenaknya kadang kaki-kakinya masuk ke celah pintu yang terbuka.
6.      Persiapkan obat-obatan untuk persalinan: Antibiotik suntik (tanyakan ke dokter hewan anda jenis obat antibiotik yang cocok untuk kuda anda), alkohol, Betadin, kapas, jarum suntik ukuran 10 ml yang steril, sarung tangan karet, handuk besar, gunting stainless yang bersih dll.)
7.      Persiapkan vitamin seperti Biosolamin untuk suntik atau B Complex dll.
8.      Persiapkan pula SUSU FORMULA bayi umur 0-6 bulan (SUSU SGM) periksa tanggal kedalu warsanya. Susu ini diperlukan bila ternyata nanti si induk tidak bersedia menyusuinya atau masih harus belajar menyusui anaknya bagi kuda yang belum berpengalaman punya anak.
9.      Botol susu beserta karetnya “dot” (layaknya botol susu bayi manusia).
10.  Kompor minyak selalu sedia didekat kandang kuda anda untuk memasak air bila harus selalu membantu dengan air susu formula.
11.  Obat sakit perut (diarhe) seperti “Entero Stop” bila anak kuda terserang penyakit perut (mencret) setelah usia 2 hari. Juga Penambah cairan tubuh seperti ORALIT untuk mempertahankan anak kuda bila terkena diarhe.
12.  Persiapkan team perawat kuda anda 2 s/d 3 orang karena anda akan dijamin “teler” selama menunggu kelahian serta merawat anak kuda anda sampai umur 7 hari.

7.Persalinan Kuda
Kuda beranak pada sore hari atau tengah malam, jarang sekali anak kuda lahir siang hari. Oleh karena itu setelah matahari terbenam, amati dari jauh gerak-gerik induk. Induk akan gelisah, makan tak enak tidur tak nyenyak. Bingung kelihatannya mau buang kotoran, kencing atau mau lahirkan anak. Kadang berjalan-berputar putar sekitar kandang, tidur merebahkan tubuh dan sebentar bangun. Sediakan rumput dan minum selalu didekatnya. Jangan ganggu konsentrasinya meskipun anda mengamatinya dari kejauhan. Proses kelahiran sangat cepat sekitar 5 s/d 10 menit. Bila induk sudah terlihat mengeluarkan air ketuban, maka anak kuda akan segera menyusul, induk akan merebahkan diri dan mengeluarkan tenaga luar biasa disertai tendangan kaki atau bergulir serta napasnya akan terdengar keras bersuara. Pakailah sarung tangan plastik yang sudah anda persiapkan sebelumnya. Tempatkan diri anda dengan aman dibelakang kuda induk untuk membantu mengeluarkan anak kuda. Anak kuda akan lahir dengan 2 kaki depan terlebih dahulu diikuti bagian kepala. Bila tubuh bayi kuda sudah separoh keluar, tangkaplah tubuhnya dan bantulah dengan menarik secara perlahan-lahan dan hati-hati supaya anak tidak terhimpit antara induk dan dinding kandang. Bila anak kuda lahir masih terbungkus kulit “ari-ari” cobalah bantu untuk merobeknya dengan tangan anda. Tarik anak kuda dan jauhkan dari induk dan bersihkan dengan handuk yang sudah anda persiapkan sebelumnya.
Jangan takut akan induknya, meskipun induknya termasuk kuda yang “galak”, saat melahirkan anak si induk tak akan berdaya dan akan tertidur sekitar 20 s/d 30 menit untuk memulihkan tenaganya. Disaat itulah anda bisa memberikan perawatan bagi anaknya. Keringkan tubuh bayi, merawat tali pusarnya dengan memotong dengan gunting yang bersih dan steril serta oleskan Betadin pada bekas lukanya. Taruhlah si bayi kuda agak jauh dari induknya sehingga saat bangun nanti induk tak menggilasnya. Keluarlah anda dari kandang dan tunggu induk akan berdiri lagi.
Induk akan berdiri dengan kulit “ari-ari” masih bergelantungan, tunggu sampai ari-ari jatuh dengan sendirinya (biasanya sekitar 30 menit s/d 1 jam) dan segeralah ambil untuk dirawat dan dikubur ditanah segera mungkin.
Induk akan dengan sendirinya menghampiri anaknya yang baru lahir dan membersihkan tubuhnya. Si anakpun dengan cepat akan bisa bereaksi dan dalam waktu 1 jam akan berusaha berdiri. Anak yang sehat akan “meringkik” dan “mengibaskan” kepalanya serta “ekornya”. Dia akan bangun dan mencari susu induknya. Amatilah apakah induknya merespond dan bersedia menyusuinya.
Induk yang baru melahirkan anak pertamanya membutuhkan waktu untuk memahami kalau dia harus memberikan susunya kepada anaknya. Namun kalau 4 jam setelah melahirkannya belum juga ada tanda-tanda mau menyusui anaknya, maka tugas andalah membantu dengan susu formula yang sudah anda siapkan. Buatlah minuman susu bayi dengan air mendidih serta dinginkan sebelum disusukan kepada anak kuda. Botol susu serta karetnya harus steril. Untuk itulah anda membutuhkan air panas untuk mensterilkan botol dan “dot” maupun peralatan suntik.
Untuk memberikan tenaga si bayi kuda, maka kita perlu memberikan susu pengganti setiap 1 jam setelah kuda bangun tidur. Disini anak kuda akan terus mengejar induknya dan berjuang merayu agar mau menyusuinya. Anda dituntut jeli untuk membuat induk mau menyusuinya. Si bayi kuda akan menyusu setiap 1 jam. Kemudian tidur dan bangun lagi setelah 1 jam untuk menyusu. Terus seperti itu selama 24 jam. Lakukan usaha untuk mendekatkan anak kuda ke susu induknya. Induk akan menghindar dan bila terus menerus seperti itu saatnya anda berbuat lain agar kuda bisa menyusu.
8.Pengobatan Induk
Dalam pengobatan kuda, keberadaan dokter hewan harus diperlukan. kalopun tidak ada dokter hewan, minimal pengobatan atau yang terkait dengan medis veteriner harus dibawah pengawasan dokter hewan.
Setelah bayi kuda lahir, untuk pengobatan luka indukan, maka suntikkan Antibiotik pada induk kuda.
Untuk suntikan antibiotik atau pinisilin terhadap indukan, sebaiknya atas petunjuk dokter hewan karena tidak semua kuda dan anak kuda bisa menerima pinisilin. Ada anak kuda yang alergi terhadap pinisilin yang mengalir lewat susu induknya.
Sedangkan untuk vitamin B complek atau Biosolamine 10 ml untuk satu kali suntik. Dan dapat diulang hari berikutnya. Induk akan segera pulih kembali tenaganya seperti semula.
Catatan:
Untuk ransum kuda, berikan makanan alami “komboran rumput dengan bekatul padi” selama 7 hari dan hindari/kurangi bren maupun jagung.
Anak kuda yang baru lahir akan terus tinggal didalam kandang selama 14 hari, sampai kuda betul-betul kuat untuk berada di luar kandang (pad dock). Bila umur sudah 14 hari, keluarkan induk dan anak untuk bebas di pad dock selama 3 jam dari jam 06.0 s/d 09.00 pagi. Masukkan induk dan anaknya kembali kekandang setelah itu.

9.Bila Induk Tidak Mau Menyusui
Dibawah ini cara yang tidak direkomendasi namun praktis dilakukan bila indukan tidak mau menyusui. Saya mencoba setelah 12 jam induk melahirkan anak dan induk tidak mau menyusui dan anak sudah kelelahan mengejar induknya. Sebenarnya beresiko namun harus dilakukan untuk menyelamatkan jiwa sang anak. Bagimanapun juga anak kuda harus menyusu induknya untuk mempertahankan hidupnya.
Amatilah penyebab induk tak mau menyusui. Biasanya karena merasa “geli” bila susunya disentuh anaknya.
Kalau ini yang terjadi maka lakukan
1. Pasang kendali dan “splang” kuda induk didalam kandang.
2. Jauhkan anak kuda sehingga tidak terkena tendangan induk saat meronta.
3. Pakailah sarung tangan karet, paksakan dengan jari anda dengan menyentuh bagian perut yang dia merasa “geli” saat tersentuh anak kuda. Bagian depan susu.
4. Bila bagian yang “peka” sudah anda temukan, “gelitik” lah terus menerus. Induk kuda akan melompat-lompat dan meronta. Lakukan sampai kuda kelelahan dan tidak melompat lagi.
5. Bersihkan punting susu dengan air hangat, dan kemudian perahlah susunya perlahan-lahan. Tampunglah air susu pada tempat yang bersih dan agak lebar untuk nanti diberikan kepada anaknya.
7. Lepaskan indukan seperti semula.
8. Amatilah apakah induk kuda sudah mau menyusui anaknya?
9. Susu perahan yang dihasilkan biasanya sedikit kotor, saringlah dengan kain lembut atau alat saringan yang masih baik dan bersih serta steril. Kemudian berikanlah susu pertama ini kepada anaknya dengan mempergunakan “dot” yang sudah ada.
10. Setelah 1 jam berikutnya anak kuda akan bangun dan mencari susu induknya lagi. Amatilah apakah indukan sudah mau menyusui? Kalau belum lakukan lagi teknik “gelitik” diatas sekali lagi. Kemudian dilanjutkan dengan mendekatkan anak kuda kepada punting susu dan biarkan dia menyusu dengan bantuan kita. Induk kuda tetap dalam posisi terikat. Bila induk kuda sudah tidak meronta saat anak menyusu, maka kuda dilepas lagi.
Demikianlah latihan bagi induk baru untuk menyusui anaknya, biasanya dia akan menikmatinya setelah paham bahwa dia harus menyusui anaknya. Dan rasa gelipun telah hilang.

Tindakan perawatan terhadap kuda secara garis besar diupayakan dalam rangka pencegahan terhadap penyakit. Pencegahan penyakit dapat dengan cara melakukan program seperti :
·         vaksinasi,
·         menjaga kebersihan kuda, kandang dan lingkungan kandang serta peralatan kandang,
·         Pengelolaan padang penggembalaan dan pakan kuda.
·         Temperatur kandang dijaga dengan cara menyediakan vetilasi kandang yang cukup, pemberian kipas angin dan AC bila diperlukan sewaktu-waktu. Temperatur kandang yang baik adalah temperatur yang memiliki variasi yang kecil terhadap temperatur di luar kandang (Medivet, 2001). Berikut ini merupakan tindakan perawatan yang dapat diupayakan.

1. Pakan Untuk Kuda Olahraga
Sebagaimana layaknya manusia, agar menjadi unggulan, kuda perlu gizi dan perawatan yang baik. Selain rumput lokal, pakan utamanya ialah sejenis rumput Australia, juga horse pellets yang berupa jagung, gandum-ganduman (oats, barley), dan bunga matahari yang harus diimpor (Christantiowati, 2003). Bagaimanapun juga sempurnanya kondisi kuda, perlu pemberian pakan yang benar, pelatihan, dan program kebugaran untuk mengenali kemampuan atletiknya secara menyeluruh (Pilliner, 1993). Pakan merupakan salah satu faktor kritis yang menentukan penampilan dari seekor kuda (Pilliner, 1985). Bagian dari sistem pencernaan adalah untuk merubah nutrisi menjadi produk akhir yang dapat diserap melalui dinding sel usus, kemudian ikut aliran darah dan digunakan oleh tubuh. Dalam pemeliharaan kuda atlit hendaklah sang pemilik mampu mencocokan keperluan nutrisi dan kandungan makanan yang tersedia dari pakan yang diberikan terhadap orientasi jenis olahraga berkuda yang akan dilaksanakan selama dalam pelatihan. Pemberian pakan yang benar dan seimbang pada kuda diperlukan untuk kesehatan secara keseluruhan, mempertahankan temperatur tubuh, mengganti jaringan-jaringan tubuh yang rusak, membangun dan mempertahankan kondisi tubuh dan untuk persediaan energi dalam rangka pergerakannya. Jika seekor kuda bekerja dengan prestasi yang sangat memuaskan maka harus diberikan asupan pakan yang menghasilkan protein dengan tinggi energi, dan jumlah pakan yang diterima hendaklah menunjang aktivitasnya berkaitan dengan jumlah energi yang dikeluarkan (Robert, 1985).
a. Rumput dan Konsentrat
Pada kuda pekerja, jenis makanan yang sesuai adalah hay atau rumput. Hay atau rumput adalah makanan yang paling banyak dikonsumsi dimana hijauan pada kuda diperlukan sebanyak 68% (Susetyo, 1969), dan selalu dimakan dengan lambat, jadi tidak terlalu menyesakkan lambung. Kecuali pada kuda yang baru pertama kali dilepaskan di padang rumput yang lebat, mereka cenderung makan secara cepat dan dalam jumlah yang banyak. Sedangkan untuk konsentrat, oat adalah pakan konsentrat yang memberikan keseimbangan terbaik bagi kuda, akan tetapi bila diberi terlalu banyak akan mengganggu keseimbangan alami dari sistem pencernaan dan dapat menyebabkan digesti akut atau kolik. Dalam sekali makan kuda dapat mencerna 1.3 – 1.8 kg konsentrat seperti tepung gandum/oat yang dicampur sedikit sekam /bran atau dedak/chaff. Namun jika hanya digunakan salah satu jenis saja dapat diberikan lebih banyak yaitu sampai 2.7 kg karena bahan tersebut memenuhi kandungan serat yang tinggi dan umunya dimakan lebih lambat. Beberapa zat-zat yang harus terkandungan dalam makanan yang diberikan pada kuda dalam jumlah yang seimbang antara lain yaitu, Karbohidrat, Lemak, Protein, Air, Vitamin, dan Mineral. Adapun penjelasan secara singkat dari masing-masing kandungan zat tersebut dapat dilihat pada berkas lampiran 1.
Pemberian pakan dalam teorinya merupakan alokasi pemilihan bahan makanan yang cukup menyediakan keperluan nutrisi harian dari seekor kuda khusus (Pilliner, 1993). Pemberian pakan sendiri dapat dikalkulasikan dengan mudah dengan mengikuti beberapa aturan sederhana dan menghubungkan tabel yang diberikan terhadap kandungan nilai gizi dari bahan makanan yang tersedia. Ada dua alasan utama berkaitan dengan pemberian pakan pada kuda, pertama-tama untuk menjaga mereka agar tetap hidup, dan yang kedua agar mereka dapat melakukan tugas-tugas yang kita inginkan dari mereka. Dalam istilah ilmu pengetahuan ini dikenal dengan ‘maintenance’ dan ‘production’. Berikut merupakan klasifikasi dalam pemberian pakan pada kuda berdasarkan jenis aktivitas yang sedang dijalankan.
Selain itu, pedoman pakan untuk beberapa jenis kerja bagi ternak kuda adalah sebagai berikut (Yuriadi, 2000).
Tabel 1. Pedoman Kebutuhan Pakan Untuk  Kuda Sebagai Ternak Kerja
No
Jenis Kerja Kuda
Konsentrat
Hijauan
Keterangan
1
Kuda kerja ringan (kurang 3 jam)
0,5%
10 -12,5%
Air tersedia setiap saat di kandang
2
Kuda  Kerja Menengah (3-5 jam)
1,0%
10 – 12,5%
Air tersedia setiap saat di kandang
3
Kuda Kerja berat (lebih dari 5 jam)
1,25%
12,5%
Konsentrat ditambah garam dapur secukupnya (rata-rata 1 sendok makan)
4
Pejantan
1,5%
12,5%
5
Induk Bunting
0,75% - 1,50%
10 – 15%
6
Anak Kuda
0,50% - 0,75%
Tidak lebih dari 7,5%
Ditambah susu induk
Sumber : Yuriadi (2000)

 
b.Maintenance
Pemberian pakan pada kuda untuk maintenance adalah memberikan kuda tersebut cukup makanan untuk tetap mempertahankan keadaan hewan saat itu (Pilliner, 1993). Ini berarti menyediakan energi untuk otot dan usus, jantung dan paru-paru agar proses-proses penting metabolisme dapat terus berjalan, energi untuk merumput, untuk mempertahankan temperatur suhu tubuh dan mengganti sel-sel tubuh agar tubuh dapat bekerja dengan baik.
Keperluan maintenance biasanya dapat dipenuhi hanya dengan pemberian forage saja. Faktor utama yang menentukan berapa besar energi yang diperlukan untuk maintenance adalah tergantung dengan berat tubuh hewan tersebut, kuda-kuda yang lebih besar akan perlu lebih banyak makanan untuk tetap hidup.

c.Produksi
Produksi dapat dibagi dalam enam bentuk yang berbeda: pertumbuhan, kebuntingan, menyusui, penggemukan, kerja dan pemulihan (penyembuhan dari sakit dan luka). Pada pembahasan ini akan lebih ditekankan pada kuda kerja, yang mana akan diamati kedalam berbagai macam kategori tergantung pada umur dan kemampuan kuda dan penunggang.
Energi ekstra dan protein yang diperlukan oleh kuda untuk kerja biasanya tersedia pada konsentrat. Kuda-kuda kompetisi tidak akan mampu untuk menyuling cukup energi atau protein dari ransum forage untuk melakukan kerja dengan tanpa penurunan kondisi.
Energi yang berisi bahan makanan diukur dalam megajoule.jadi kandungan energi dari oat dituliskan 14 MJ of DE/kg, ini berarti bahwa dalam setiap kilogramnya mengandung 14 megajoule dari energi tercerna. Megajoule adalah penghitungan kalori yang kita lakukan untuk menghitung kalori yang dibutuhkan oleh kuda. Sedangkan protein diukur dengan presentase, contoh: oat mengandung 11% protein kasar, masing-masing oat tiap kilogramnya mengandung 110 gram serat kasar.



d. Aturan Pemberian Pakan
Ada tiga aturan dasar yang teramat penting dalam pemberian pakan kuda menurut Medivet (2000), yaitu :
·         memberi makan dalam jumlah yang sedikit tetapi sering. Sekalipun pakan yang diberikan adalah pakan dengan kualitas gizi serta mempunyai nilai palatabilitas yang baik namun jika terus menerus diberikan dalam jumlah yang banyak maka pada akhirnya kuda pun akan berhenti atau cenderung untuk tidak menghabiskan makanannya karena bosan. Pemberian pakan pada kuda sebaikya sedikit dibawah kebutuhan normal selera makannya agar kuda selalu bersemangat untuk makan pada pemberian konsentrat berikutnya dan selalu menghabiskan hay yang diberikan sebelumnya pada saat akan dilakukan penambahan lagi.
·         Aturan pemberian pakan yang kedua yaitu, jangan segera memperkerjakan kuda secara keras sehabis makan. Alasan fiskal untuk aturan ini adalah ketika kuda telah selesai diberi makan konsentrat, lambung dan perutnya akan tampak lebih besar dari pada sebelumnya. Artinya makanan tersebut telah mengisi ruangan perut, mengembungkan perut, tidak hanya pada sisi sebelah luar dan sisi samping saja, tetapi juga bagian depan di atas diafragma dan menekan paru-paru ini menyebabkan kuda kesulitan untuk bernafas sebagaimana mestinya. Sedangkan bekerja keras disaat perutnya masih menggelembung akan menyebabkan stress dan pernafasan yang dipaksakan, dan aturan yang terakhir adalah, sediakan air bersih yang banyak. Sebelum makan, biasanya kuda akan minum, terutama pada kuda-kuda yang baru selesai bekerja. Di sela-sela makan kuda biasanya akan minum. Pemberian minum beberapa saat sebelum bekerja keras seperti pacuan dan cross country akan memperlambat gerakan kuda. Di saat panas, kuda akan minum lebih banyak dari biasanya. Dan pada cuaca yang dingin, sebaiknya air dihangatkan terlebih dahulu. Kuda adalah hewan yang pemilih dalam hal minum. Kuda tidak menyukai air yang telah terkontaminasi dengan kotoran, atau air dari ember yang berlumpur. Yang paling baik adalah menyediakan air yang segar dan asli atau air tipe privalen yang terklorinasi yang biasanya terdapat di kota-kota besar. Selain itu air hujan yang ditampung dapat juga digunakan.

2. Pengelolaan Kandang (Stable Kandang)
Pembangunan kandang untuk daerah tropis seperti di negara kita diusahakan mempunyai ventilasi yang cukup untuk pertukaran udara. Kandang sebaiknya dilengkapi dengan air bersih. Kuda yang di kandangkan membutuhkan ruang, udara, dan cahaya. Stable seharusnya cukup besar agar kuda dapat bergerak dengan bebas, untuk berbaring, rolling, dan bangun lagi tanpa terbentur dinding kandang. Ukuran ideal untuk stable adalah untuk kuda dewasa 3,5 x 3,5 m, dan untuk poni 3,5 x 3 m (Medivet, 2004), sedangkan menurut Robert (1985), idealnya ukuran kandang hendaklah kira-kira sekitar 4.2 m x 3.6 m untuk kuda, dan 3.6 m x 3.6 m untuk poni. Sirkulasi udara pada stable juga harus diperhatikan. Keadaan stable yang lembab akan membuat kuda kedinginan dan resiko terjadinya gangguan pernafasan akan lebih besar, pneumonia. Letak tempat pakan atau biasa disebut manger tidak lebih dari 60 cm dari lantai atau disesuaikan dengan tinggi kuda (Medivet, 2000). Kuda poni tidak akan mampu mencapai manger yang didisain untuk kuda pacu. Untuk hay‑net (rak tempat meletakkan hay) yang paling baik adalah 120 cm dari lantai (Medivet, 1985), namun pada umumnya kandang jarang tersedia, akan tetapi sekalipun ada jangan menempatkan hay‑net lebih tinggi dari kuda karena dikhawatirkan ketika kuda menarik hay pada saat makan, hay‑net akan jatuh dan mengenai kepala atau matanya.
Alas kandang yang paling baik untuk stable adalah jerami sedangkan batang juwawut/barley sebaiknya jangan digunakan sebagai alas kandang karena dapat mengiritasi kulit, juga dapat digunakan serbuk gergaji yang lebih membuat kuda hangat pada saat malam hari jika disesuaikan dengan ukuran luas kandang.
Stable yang baik akan menyediakan tempat khusus untuk gudang makanan, selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan makanan juga dapat dipergunakan untuk menyimpan obat‑obatan, sebaiknya gudang ini dibangun di dekat kandang pemeliharaan dan klinik dibangun berdekatan dengan kandang induk untuk mengantisipasi dan efektifitas bila ada kasus mendadak.

3. Grooming
Pada kuda liar atau kuda yang bebas di padang rumput, secara alamiah mereka dapat merawat dirinya. Mereka melakukan rolling apabila mereka merasa gatal atau berkeringat dan untuk mengatur bulunya mereka dapat menggosokkan badannya pada pohon. Ketika merasa gatal pada daerah bawah perut atau selangkangan, mereka menggunakan semak‑semak untuk menggaruk. Akan tetapi pada kuda-kuda yang di kandangkan perawatannya tergantung pada kita, jika seekor kuda diberi perawatan dengan standar perawatan dan perhatian yang sangat besar maka dia akan memberikan kita imbalan dengan penampilan terbaiknya. Kuda yang dikandangkan seharusnya digroom secara teratur setiap hari, tidak hanya membuatnya kelihatan gagah, tetapi untuk menjaga kulitnya dan bulunya dalam keadaan sehat serta untuk mencegah penyakit kulit. Para pemilik kuda yang betul-betul memperhatikan perawatan kudanya, pada cuaca dingin untuk menjaga temperatur tubuh kuda tetap, disediakan selimut atau penutup tubuh tebal. Kebanyakkan orang berpendapat bahwa pertandingan adalah dimenangkan dirumah, dengan kata lain pakan, kebugaran dan manajemen stable sama pentingnya dengan pelatihan dan pertandingan kaitannya dalam menghasilkan seekor kuda yang berpotensi untuk menang (Hodges dan Pilliner, 1991).
Tindakan grooming baru dapat dilakukan setelah sebelumnya kita terlebih dahulu melakukan pendekatan pada kuda tersebut, misalkan saja dengan mengusap kepalanya, punggungya dan yang lebih penting adalah memahami karakteristik dari kuda tersebut. Item yang diperlukan untuk grooming kit menurut Robert (1985), terdiri dari dandy brush, body brush, water brush, hoof pick, hoof oil and brush, stable rubbing cloth, two small sponges, a rubber atau plastic curry comb, curry comb, mane comb, metal curry comb dan sweat scraper.
Dandy brush digunakan hanya untuk menghilangkan lumpur dan keringat yang mengering. Jangan digunakan pada daerah‑daerah sensitif pada kuda, misalnya bawah perut, diantara paha dan wajah. Juga pada surai atau ekor karena akan merusak rambutmya. Body brush atau sikat badan berfungsi untuk membersihkan debu, kotoran, dan untuk membersihkan bulu tengkuk dan bulu ekor serta untuk meratakan minyak pada tubuh. Penggunaan body brush harus menggunakan tekanan yang kuat. Water brush digunakan untuk membasahi, untuk menidurkan surai setelah disikat, atau sebelum menjalin dan untuk menidurkan bulu tengkuk atau ekor sebelum dipasangkan bandage dan dijalin. Kegunaan hoof pick amatlah jelas dan amat penting yaitu untuk membersihkan kuku. Hoof oil atau minyak kuku berguna untuk mencegah kerapuhan terutama pada kuku‑kuku yang berwarna muda. Stable rubbing cloth adalah pelumas/ penyemir yang dapat digunakan untuk mengeringkan telinga kuda jika basah dan kedinginan. Two small sponges digunakan untuk menyeka mata, kuping dan hidung. Rubber atau plastic curry comb digunakan untuk menyisir bulu kuda yang dalam keadaan mudah rontok. Bila digunakan dengan gerakan yang memutar, akan mengangkat bulu yang terlepas. Penggosok keringat/sweat scrap digunakan untuk menghilangkan keringat atau air dari bulu karena mempunyai daya penyapu/pembersih. Mane comb digunakan untuk merapikan bulu tengkuk, mengembangkan dan meluruskan rambut ekor.
Menggrooming, terutama badan dengan body brush, seharusnya dilakukan tanpa sarung tangan, agar ujung‑ujung yang sensitif dapat digunakan untuk merasakan adanya bengkak atau luka‑Iuka kecil atau hal‑hal yang tidak biasa pada kulit. Jika kita merasakan sedikit nodul atau lumpur atau kotoran hal ini dapat dirasakan dengan jari‑jari kita dan gunakan sikat untuk membersihkannya. Jika kotoran atau lumpur tertinggal di kaki harus segera dibersihkan karena akan menyumbat pori‑pori dan menyebabkan mud fever. Periksa juga adanya lumpur di dalam pastern, di antara koronet dan fetlock joint.
Ketika kita menggroming bagian kepala, kepala kuda harus dibungkukkan sampai setinggi leher orang yang menggroming. Mata, hidung harus disapu dengan sponge yang hangat‑hangat kuku. Ambing dari kuda betina harus terjaga kebersihannya, dan pada kuda jantan praeputium harus dicuci secara periodik. Tidak setiap orang menyadari hal ini perlu dilakukan, tetapi apabila bagian ini tersumbat dengan minyak dan kotoran akan menimbukan masalah.
Kaki harus dibersihkan paling tidak dua kali sehari, yaitu pagi hari pada saat grooming pertama dan diulang setelah kuda beraktivitas. Minyak kuku harus dilumaskan, hal ini harus dilakukan di atas koronet, dimana pertumbuhan dimulai.

4. Exercise (Latihan)
Kuda membutuhkan latihan untuk mejaga kesehatannya sama halnya dengan atlit lainnya, pada saat seekor kuda dalam kondisi kerja membutuhkan latihan tambahan untuk membangun dan memelihara kondisinya, (Draper, 1999). Untuk kuda atlit yang secara rutin dilatih memerlukan frekuensi istirahat yang cukup, terlebih lagi pada saat dimana kuda baru saja mengikuti suatu pertandingan, istirahat yang diberikan pada kuda dapat dengan melakukan pengumbaran di paddock. Tindakan tersebut di atas memberikan kesempatan bagi kuda untuk merelaksasikan otot-otot yang tegang setelah hari-hari kerja yang dijalani sebelumnya, dan akan sangat berpengaruh terhadap psikologis kuda tersebut berkaitan dengan kelanjutan program latihan yang akan diberikan dimana kuda cenderung bosan sehingga berdampak terhadap kondisi sulitnya kuda untuk menerima pendidikan selanjutnya. Perlakuan latihan yang tidak tepat akan menyebabkan luka pada otot maupun tulang, bagi kuda atlit.
Agar kondisi fisik kuda tetap prima, keadaan cuaca juga perlu dipertimbangkan pada saat akan menjalani latihan karena kondisi cuaca yang terik akan memudahkan hewan mengalami dehidrasi sementara pada saat cuaca hujan akan terjadi ketidak seimbangan antara temperatur tubuh dengan lingkungan, yang akan berpengaruh pada penurunan kesehatan tubuh, selain itu kenyamanan lapangan dimana tempat kuda akan menjalani latihan hendaklah terjamin dari berbagai kemungkinan adanya faktor penyebab kecelakaan.
Beberapa hal penting dalam rangka mencapai puncak dari prestasi yang diharapkan, perawat maupun penunggang mutlak untuk ditekankan terhadap penguasaan kontrol temperamen kuda, dengan tujuan agar kuda menurut pada setiap perintah yang diberikan, tetap tenang pada saat disaksikan orang banyak dan harus mempunyai insting untuk suka berlari-lari, melompat dan bermain. Hal penting lain yang harus dikuasai dengan baik oleh seekor kuda atlit adalah ‘Free’ maksudnya ialah seluruh tubuh (tulang, otot, kaki, tulang belakang) kuda dapat bergerak dengan luwes, alami serta dinamis. Seorang pelatih harus memperhatikan kemajuan-kemajuan (Forward) yang diperoleh kuda selama latihan, dengan begitu dapat menentukan kapan latihan ketingkat selanjutnya diberikan.
Dalam latihan seekor kuda hendaklah mendapatkan gerakan membelok ke kanan dan ke kiri dengan proporsi yang seimbang, jika tidak seimbang akan terjadi kasus ‘One-sideness’ yaitu kuda hanya dapat membelok pada salah satu sisi saja, dan irama yang tidak teratur akan mengakibatkan ketidak seimbangan tubuh yang merupakan penyebab lain dari penyakit ini adalah dimana akan ada otot yang lebih kuat atau lebih fleksibel dengan pasangannya (Medivet, 2001).

5. Vaksinasi
Vaksinasi ialah usaha dengan menggunakan cara imunoprofilaktis dengan tujuan memperoleh kekebalan aktif yang disebabkan timbulnya antibodi dalam tubuh akibat rangsangan dari vaksin (Syamsudin, 1988). Immunitas adalah faktor yang berhubungan antara mikroba dan hospes/individu. Seekor individu yang memiliki immunitas dengan kapasitas sel khusus dalam tubuh yang memproduksi antibodi dapat bertindak sebagai substansi proteksi tehadap serangan mikroba. Immunitas dapat berubah-ubah tergantung mikroba sebagai agen infeksi dan program vaksinasi (Medivet, 2001). Program pencegahan dan perawatan kesehatan dapat dicapai dengan pelaksanaan vaksinasi yang baik, obat-obatan yang diberikan dalam rangka pencegahan merupakan tindakan ekonomis yang tepat dalam meningkatkan dan mempertahankan kondisi kesehatan kuda sekalipun terlihat mendatangkan peningkatan biaya perawatan. Vaksinasi yang dilakukan secara luas dimaksudkan untuk pencegahan terhadap infeksi penyakit, disamping pengobatan penyakit mahal berkaitan dengan obat-obatan yang digunakan, juga dapat menurunkan kondisi kesehatan tubuh dan kemungkinan menyebabkan kematian, untuk itu program imunisasi yang baik merupakan jaminan tindakan nyata dalam segi ekonomis.


6. Deworming (Pemberian obat cacing)
Pemberian obat cacing penting bagi kuda, terutama untuk yang berada di lapangan rumput. Jika ini tidak dilakukan secara teratur dalam jangka waktu 3 bulan sekali sebagai usaha pencegahan, maka perut kuda akan tampak gemuk/membesar sebagai manifestasi dari adanya infeksi endoparasit (Medivet, 2001). Semakin lama kuda akan bertambah kurus, tulang rusuknya akan sedikit terlihat dan kasar, bulunya kusam. Jika kuda mencapai kondisi seperti itu, maka ini harus diberi obat cacing. Jauhkan kuda dari lapangan rumput yang biasanya dipakai untuk merumput jenis ternak yang lain, untuk menghindari terinfeksinya cacing.

7. Pemeriksaan Kesehatan Rutin
Untuk melihat kondisi kuda kesehatan kuda dapat dilakukan pengamatan kuda baik tingkah laku maupun pemeriksaan secara dekat. Kuda yang bersuara parau bahkan sampai tidak bersuara menunjukkan adanya keabnormalan fungsi faalinya yang bersifat sementara atau berkelanjutan.
Perubahan-perubahan fungsi dan struktur tubuh abnormal yang mungkin awalnya dipengaruhi oleh penyakit ringan, memiliki arti penting dalam menentukan pemeriksaan, diagnosa, prognosa, etiologi, penyebab peyakit, terapi dan perawatan kuda sakit (Medivet, 2001). Sementara itu untuk mendapatkan kuda yang sehat melibatkan latihan, pakan, dan seluruh manajemen stable. Sebelum masuk pada program latihan, beberapa prosedur rutin harus dilaksanakan yang diperlukan untuk kesehatan dan kenyamanan hewan.
 Pemeriksaan Kuku.
Tukang tapel (farrier) hendaklah dihubungi untuk memeriksa kaki kuda dan memeriksa kecocokan/pas tidaknya sepatu kuda yang baru dipasang, serta perlu tidaknya penggunaan tapel khusus akan tetapi perlu diperhatikan juga kesimetrisannya hasil dari pemasangannya. Sepatu baru hendaklah baiknya diganti dan dipasang setiap empat atau enam minggu sekali selagi kuda dalam kondisi kerja.
a. Pemeriksaan gigi
Gigi hendaklah teratur dan tidak terdapat ujung yang meruncing. sebaiknya gigi dikikir secara teratur minimal setahun sekali (Hamer.D, 1993), keadaan gigi harus diperiksa ketajamannya terhadap adanya bentuk gigi yang tidak rata. Adanya ketajaman pada bagian ujung akan memerlukan perlakuan pengikiran (Teeth Rasping) oleh pihak yang berkompeten agar kuda tidak mengalami ketidaknyamanan pada saat makan atau ketika ‘bit’ dipasangkan pada mulut dan meningkatkan efisiensi penggilingan makanan agar menjadi partikel makanan yang lebih kecil. Adapun jika gigi yang tidak terawat akan berkembang menjadi berbahaya meruncing di bagian sudut gigi, dengan sangat merobek bagian dalam pipi, gusi, lidah sehingga kuda akan mendapatkan kesulitan pada saat mengunyah makanan, pakan yang tidak tercerna dengan baik akan mengganggu motilitas usus yang akan membawa pada kondisi spasmodik kolik.
b.Pemeriksaan nostril
Nostril hendaklah terbuka, tidak berlebihan pada saat mengembus, bersih dan kering serta bebas dari discharge. Udara yang keluar maupun yang masuk dapat mengalir dengan bebas dan tidak terdapat bau yang tidak menyenangkan.
c.Pemeriksaan respirasi
Tingkat respirasi normal permenit antara10-15 nafas permenit (Hawcroft, 1990). Pemeriksaan respirasi kuda pertama dapat dilakukan dengan memanfaatkan jarak sekitar 2 meter, dengan menuntun kuda berjalan atau berlari. Hal yang diperhatikan adalah cepat atau lambatnya pernafasan, ketidak teraturan atau iramanya, dangkal atau dalamnya, ringan atau berat, berisik atau tenang, yang kesemuanya tergantung pada kebugaran kuda, latihan, kegembiraan, dan temperatur harian. Pernafasan yang cepat, irregular, berisik, dangkal atau berat merupakan suatu kondisi pernafasan yang abnormal yang memerlukan perhatian medis. Tingkat pernafasan dapat diketahui dengan langsung menempatkan tangan di atas nostril dan merasakan pergerakan udara atau dengan memperhatikan pergerakan tulang rusuk atau nostril.

d.Pemeriksaan denyut jantung (pulsus)
Untuk kuda dalam keadaan istirahat denyut jantungnya adalah 30-40 denyut permenit dengan irama yang teratur (Hawcroft, 1990). Untuk pemeriksaannya, dapat dengan menempatkan tangan dan meraba dada di belakang ujung dari elbow dekat kaki depan kiri di posisikan kira-kira satu per tiga di depan kaki kanan.

 


 

Tabel 3.1. Nilai Normal Fungsi Vital Kuda

Tingkat Pulsus (istirahat)
Kuda dewasa
Anak kuda (umur 2 minggu)
Anak kuda (umur 4-6 minggu)
Anak kuda jantan dan anak kuda betina (umur 6-12 bulan)
Kuda muda (1-2 tahun)
30-40 pulsus/menit
100 pulsus/menit
70 pulsus/menit
45-60 pulsus/menit
40-50 pulsus/menit
Sumber : the research staff of Equine Research Publications, 1977, Appendix halaman 560.

e.Pemeriksaan temperatur
Thermometer di licinkan dengan menggunakan vasline dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan temperatur kuda. Temperatur dimasukan melalui anus ke dalam rectum sekitar dua per tiga bagian dari panjang thermometer, dibiarkan selama 1 menit. Range normal temperatur kuda adalah berkisar dari 37,7oC sampai 38,6oC (Hawcroft, 1990).
Tabel 3.2. Berbagai Kondisi Tubuh Berdasarkan Temperatur Suhu Tubuh
Temperatur
Range Normal
Rata-rata normal
Demam
 Ringan
 Moderate
 Tinggi
 Sangat tinggi
37.5 – 38.6 0C
380C
38.0 – 39.20C
39.2 – 400C
40.0 – 41.20C
Diatas 41.20C
Sumber : the research staff of Equine Research Publications, 1977, Appendix halaman 560.

f.Pemeriksaan mulut
Bibir hendaklah bersih dan kering, tidak terdapat gejala salivasi yang berlebihan (berbuih), nanah, darah dan bau yang tidak menyenangkan, jika terdapat hal tersebut di atas maka menandakan adanya gangguan kesehatan dan perlu dilakukan tindakan pengobatan.
 Pemeriksaan Mata
Mata kuda normal hendaklah jernih, cemerlang dan bersinar serta terbuka tanpa ada kemerahan pada bola mata atau sclera (bercak putih pada mata), lembab dan conjunctiva berwarna pink mengkilap. Pemeriksaan mata dapat dilakukan dengan memberikan suasana gelap kemudian dengan menggunakan bantuan lampu senter atau alat sejenis yang disorotkan kearah mata dengan tujuan menilai reflek pupil mata dengan demikian kita dapat melihat respon mata kuda dimana pupil berkontraksi. Juga hendaklah diperhatikan kesimetrisan antara kedua bola mata. Sementara itu kelainan yang kemungkinan ditemukan pada saat pemeriksaan adalah penonjolan membrana nictitans yang disebabkan oleh adanya infeksi tetanus; pucatnya membran mukosa conjunctiva dapat mengindikasikananemia, toxemia, atau jaundice; dan suatu penonjolan dan cekungan kondisi mata tanpa kelembaban dan cahaya mata yang normal, merupakan indikasi bahwa telah terjadi dehidrasi, dimana ini semua merupakan suatu kondisi yang serius. Test lain untuk pemerikasaan mata sulit dilakukan oleh karena itu hendaklah sebaiknya diserahkan pada ahli medis.

g.Pemeriksaan telinga
Telinga yang baik hendaklah berdiri tegak dalam keadaan waspada tetapi tidak kaku, kondisi telinga yang turun, jatuh kemungkinan menandakan adanya kerusakan tendon telinga. Seperti pada pemeriksaan lain diawali dengan pemeriksaan visual dengan memperhatikan adanya keganjilan dan penampilan umum pada telinga, dan pemeriksaan respon terhadap suara. Telinga kuda jika pada saat di ‘handle’ maka kuda tidak akan memperlihatkan adanya tanda-tanda reaksi sakit, bergerak dengan fleksibel. Hendaklah juga memperhatikan adanya gejala-gejala seperti hematoma dan luka goresan serta permukaan interior (pinna) diperiksa untuk adanya plak-plak (sebum) yang berlebihan di telinga. Kehadiran parasit yang ditemukan pada bagian dalam telinga jika dibiarkan tanpa mendapatkan pengobatan dapat menyebabkan kegatalan yang hebat dan melekatnya parasit tersebut akan menyebabkan rusaknya jaringan telinga. Pada infestasi yang berat menyebabkan akumulasi serpihan yang memerlukan tindakan pembersihan bahakn pengerokan.

h.Pemeriksaan kulit
pemeriksaan kulit merupakan salah satu langkah pertama untuk melihat kondisi kesehatan kuda secara menyeluruh, bagi kuda-kuda yang mendapatkan perawatan rutin, keadaan kulit harus kering, halus dan mengkilap, serta terbebas dari eksternal parasit. Kuda yang berkeringat pada saat istirahat adalah tanda bahwa kuda mengalami peingkatan suhu badan ata demam (Hamer, 1993).

i.Pemeriksaan feses (manure)
Menurut Hawcroft (1990), biasanya kuda mengeluarkan feses 10-15 kali dalam sehari. Warna, konsistensi, volume, bau dan frekuensi defekasi sangat tergantung pada jenis pakan dan program latihan yang diterima. Seekor kuda yang menerima diet seimbang mengeluarkan feses yang berwarna coklat, berbentuk, cenderung hancur ketika jatuh ke tanah dan mempunyai bau yang tidak menyenangkan. Kuda-kuda yang memakan rumput berair akan sering mengeluarkan feses dengan keadaan berwarna hijau, tidak berbentuk, seperti feses sapi; pemberian dalam volume besar dengan rendah kualitas hay, feses akan sulit keluar, berwarna kehitaman.
j.Pemeriksaan urin
Gejala-gejala abnormal dari urin antara lain dapat berupa tidak adanya pengeluaran urin dalam waktu 24 jam (anuria), jumlah pengeluaran urin yang berlebihan (polyuria), urin bewarna coklat kemerahan (haematuria) atau berwarna merah darah. Jika curiga terhadap adanya kelainan, dapat dengan mengumpulkan sampel urin dalam tabung dan tempatkan di refrigerator untuk pemeriksaan lab. Tabel 1.1. berikut menunjukan nilai beberapa variable urin pada kuda.

Tabel 3.3. Nilai beberapa variabel urin pada kuda


Range
Rata-rata
Berat jenis
1.025 – 1.060
1.040
Range pH
7.5 – 8

Kuantitas
5 – 8 (liter/hari)*

*Penampilan warna kuning, gelap.
Sumber : the research staff of equine research publications, 1977, Appendix halaman 560.

k.Pemeriksaan parasit
Hampir seluruh kuda diinfestasi oleh parasit hanya saja derajat tingkatan infestasi yang bervariasi antara kuda satu dengan yang lainnya baik ektoparasit maupun endoparasit. Parasit-parasit ini seringkali menyabotase persediaan nutrisi kuda yang diinfestasi dan menimbulkan banyak masalah seperti bulu rambut kasar, penurunan berat badan, anemia, kelesuan, diare dan penampilan keseluruhan yang buruk masing-masing dapat diakibatkan oleh infestasi parasit. Infestasi juga dapat menimbulkan stress pada kuda, menyebabkan penurunan resistensi terhadap infeksi virus dan bakteri. Kemugkinan terburuk adalah parasit mengadakan migrasi melalui jaringan tubuh, merusak hati, rapu-paru, sistem sirkulasi, organ-organ dan sistem spesifik-spesifik lainnya. Kemungkinan paling berbahaya adalah migrasi dari parasit Strongylus vulgaris. Pada tahap larva parasit ini memperluas kerusakan pada anterior arteri mesenterika yang mana mengurangi kadar darah dalam porsi besar pada saluran intestin. Ketika arteri tersebut mengalami kerusakan dalam jumlah besar maka thrombus (bekuan darah) akan terbentuk. Bagian-bagian kecil dari bekuan darah, dikenal juga sebagai emboli, dapat memutus dan menyumbat banyak aliran darah dari saluran intestin. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa 90% lebih dari semua kolik berhubungan dengan kerusakan yang dilakukan oleh Strongylus vulgaris.